Selamat berumur 4, Dilanku

Halo Nak.




kepada Dilan: 


Halo Nak.

Kian hari, dirimu kian besar. 
Mungkin tak lama lagi, kita akan berpisah kamar, karena tidur tak lagi nyaman jika berdesakan ber-empat sebagai manusia di ranjang king size usang milik Buna. 

Ibarat taman, dirimu penuh dengan aneka tumbuhan, aneka pepohonan yang mulai merindang, penuh dengan kuncup-kuncup bunga yang bermekaran karena setiap hari selalu disiram dengan hal-hal yang baik, dihujani dengan hal-hal yang tulus. Tak lupa dibisikki oleh doa-doa yang indah setiap malamnya.

Hingga pagimu cerah dan bisa kembali menjalani hari, menjadi penyemangat bagi kami, orang tua yang sering kali kehabisan tenaga dan cepat sekali menjadi panas karena hilangnya sabar.


Jika bukan karena Dilan, mungkin Buna akan selamanya dipanggil Dina.
Jika bukan karena Dilan, ntah bagaimana Buna menjalani hari.
Jika bukan karena Dilan, mungkin Buna yang kelimpungan saat adik Dirga datang.
Jika bukan karena Dilan, darimana Buna akan belajar untuk menjadi pengertian dan penyabar, seperti kamu?


Penuh syukur, Buna utarakan kepadaNya, sudah berbaik hati memberikan Buna kesempatan untuk menyaksikan dirimu tumbuh, mendewasa dan membersamai Buna dalam setiap peluk.

Anak pertama yang menjadikan Buna belajar bagaimana menjadi Ibu.
Anak pertama yang sendirinya belajar bagaiamana menjadi kakak, sesuatu yang sering Buna tangisi malam-malam dalam diam, ketika mengingat mengapa memintamu mengalah, mengapa menghukummu karena bersalah, dan mengapa-mengapa lainnya yang membuatmu menangis keras dan berlari memeluk erat.

Bahkan setelah Buna berteriak, lembut ucapmu memanggil, “Buna… Buna sayang kan sama Dilan?”, seolah kamu tau, bahwa hanya kamu yang mampu memanusiakan Buna kembali saat monster emosi dalam diri ini ingin mengambil alih. 


Dan hanya dalam sekali peluk, rasanya Buna ingin mengulang waktu untuk lebih memperhatikan kalian lagi. Terlalu ada banyak andai yang kadang Buna maklumi sendiri: ah gapapa, biar dia belajar sabar, biar dia belajar ngalah, biar dia belajar nahan amarah, di umurmu yang semuda ini. 


Sebisa mungkin, Buna akan selalu jawab, “Iya” saat Dilan berkata dengan excitednya, “Buna lihat!”, “Buna sini, Buna!”, “Buuuunaaaa…” karena pasti akan datang waktunya nanti, saar kamu mulai merasa bermain bersama teman-teman sebaya lebih mengasyikkan dari pada bersama Buna. 

Selama mungkin, Buna ingin, menyaksikan lelap tidurmu di pelukan, mencium ubun-ubunmu dengan doa perlahan, membisikkan harapan di telingamu dengan perlahan, hingga jauh segala hal-hal yang bisa membuat Buna cemas. 


Kamu adalah alasan terkuat mengapa Buna bisa bertahan sejauh ini, bisa berdiri sekuat ini di kaki sendiri, bisa mengakui segala keburukan dalam diri dan berusaha memperbaikinya kian hari, menjadi lebih baik, lebih sabar dan lebih berilmu dari hari ke hari, karena sebesar itu pula keinginan Buna menjadi pemilik surga di bawah telapak kaki yang kamu cari dari seorang Ibu. 


Dilan,
hatiku,
Selamat berumur 4, Nak.
Tumbuh sehat dan soleh, ya.

No comments:

Terima kasih sudah singgah. Tak perlu segan untuk menyanggah atau memberi tanggapan atas pikiran yang tercurah. Kalau ada yang ingin ditanyakan atau mengganggu pikiran bisa kirim DM ke @celoteholic ya!

Powered by Blogger.