16 Desember 2019





Rasanya baru kemarin, ayah berpulang, walau pada kenyataannya, sudah setahun berlalu.

Di antara 3 anak kandungnya, aku yang paling sering didatangi dalam mimpi. Ntah karena ayah khawatir, atau karena ayah rindu anak gendutnya ini, putri pertama yang harus direlakannya merantau sendirian di umur 16 tahun, dan tidak kembali karena sudah diminta secara berani oleh pemuda baik-baik dari kota ini, seorang mantu jagoan, ia sebut lelaki itu kemudian. 

Ayah baru setahun pergi tapi sudah mampir dengan amat jelas di mimpi sebanyak 5 kali. Bagaimana aku mengingatnya? Tentu saja, begitu bangun membuka mata, langsung buka notes atau ketik di kolom chat Whatsapp dan kirim ke Ditha, adik perempuan satu-satunya. 

Dan Ibu iri sekali dengan ceritaku tentang mimpi-mimpi itu. 

Padahal, mungkin ayah enggan datang di mimpi ibu, karena tanpa ia datang ke dalam mimpi pun, ibu masih terjaga setiap malam, mengaji untuk keselamatannya di dalam kubur. Menangis diam-diam, membayangkan sedang apa Ayah sendirian. 


11 November lalu adalah pertama kalinya kami tak pulang untuk rayakan hari jadimu, walau sebenarnya, hal itu memang tak perlu, karena makin dirayakan, makin sakit kenangan setelah ditinggalkan. Itu menurutku. Tapi setidaknya, Dilan Dirga bisa mengenang almarhum kakek pelautnya yang lebih memilih jadi PNS dalam kota, hahahahaha. 


Ayah ingat? Ayah bilang dengan sangat lantang dari atas kursi roda saat sedang antri menunggu giliran untuk foto rontgen thorax, “Ayah ini sebenarnya udah enak, gak ada yang perlu dipikirin lagi, ibunya bisa cari duit sendiri, anak ayah udah jadi dokter, satunya udah kerja di BPJS, ngelamar PNS keterima, punya mantu 2, satunya macho, satunya kalem… Punya besan baik-baik semua… Bentar lagi Ayah mau punya cucu 3… Tinggal Adhen aja yang perlu ayah urusin. Udah enak banget lah hidup, Ayah…”

Jauh dari dalam hati, mau nangis ngucap alhamdulillah, ini rasanya pernikahan yang berkah itu ya? Ketika pilihan kita begitu membawa ketenangan dan kenyamanan bahkan di hati orang tua.

Di saat itu juga, aku makin yakin, aku gak salah, pilihin ayah mantu pertamanya. 

Ayah, selamat hari berpulang. 
Hari ini, mantu macho-nya Ayah, sudah berumur 27!

*Maaf ya Mas, gak bisa aku buat kata-kata indah penuh bahagia buat hari kelahiranmu, semenjak tanggal itu menjadi hari kematiannya. 



No comments:

Terima kasih sudah singgah. Tak perlu segan untuk menyanggah atau memberi tanggapan atas pikiran yang tercurah. Kalau ada yang ingin ditanyakan atau mengganggu pikiran bisa kirim DM ke @celoteholic ya!

Powered by Blogger.