BERASAN + 39 : TENTANG MAHAR (L)


RABU, 4 MEI 2016


Ini masih hari kerja saat Dimas tiba-tiba ngajak buat jemput Ibunya di Rumah Sakit (tempat ibu kerja sebagai perawat senior), yang tiba-tiba juga ngajak beli pempek beku yang biasanya dibawa ke luar kota, dan tiba-tiba langsung ngajak ke pasar, ke bank tempat ayahnya kerja yang lokasinya di Pasar Burung 16 Ilir.

Rencana semula, ayah dan ibu Dimas memang akan datang lagi demi memantapkan niat melamar dan membicarakan semuanya jelas dan detail dengan ayah dan ibu di rumah, tanpa ditemani satupun keluarga ataupun Dimas.

Jadi hari ini, Ibu sengaja izin dari tempatnya bekerja untuk membeli pempek dan persiapannya.

Selesai membeli pempek di tempat paling recommended di Palembang (Pempek Sulthan Pindang Agan yang letaknya di ruko orange Jakabaring di samping PASAR INDUK JAKABARING, karena selain kualitas pempeknya enak luar biasa, harga murah luar binasa. Khilaf? Pastinya), perjalanan diteruskan ke kantor ayahnya. Bertemu ayah dan surprise!!! Langsung diajak beli mahar saat itu juga.

Whoa.
Whoaaa…
Whoaaaaa!!

Dulu, saya pernah nanya ke Dimas, untuk memberikan mahar berupa hafalan surat Ar-Rahmaan. Tapi Dimas bilang, untuk memberikan mahar berupa hafalan surat itu sangat amat berat tanggung jawab dan hak kewajibannya. Untuk memaharkan Al-Fatihaah pun Dimas bilang ia tak kan sanggup. Karena kalam Allah berisi ilmu yang jika samudra di dunia menjadi tintanya, tak kan pernah cukup untuk menuliskan ilmu-ilmu Allah di dalamnya. Al-Fatihaah sendiri punya arti dan amalan yang luaaaaaasss sekali. Apalagi Ar-Rahman yang penuh membahas surga di dalamnya. Kira-kira begitu yang Dimas bilang ke saya tempo hari.

Balik ke suprise tadi…

Ayah bilang janjian ketemunya di toko emas langganan mereka aja, karena ayah masih harus ngambil uang cash yang gak sedikit itu jumlahnya. Mungkin tipikal orang lama ya, walau sekarang sudah simpan uang di bank, tiap belanja masih lebih enak megang uang fisiknya. Bukan kartunya.


Akhirnya saya, ibu dan Dimas berjalan menyusuri pasar di sekitar 16 ilir itu, melewati pasar burung, melewati lorong basah, lorong kering, sampai akhirnya tiba di toko emas kecil yang dijaga seorang Asuk (= paman dalam bahasa Cina) dan anaknya. Asuk ini kenal baik sama Ayah dan Ibu. Jadi begitu tau Ayah dan Ibu mau mantu, ngucapin selamat dulu. Hahahahaha

Nama tokonya dan alamatnya saya lupa, bahkan jalan kesana pun saya lupa. Karena waktu itu kesana jalan kaki, lebih cepat sampe dan lebih mudah aksesnya. Nanti mungkin akan saya update di kemudian hari.





Akhirnya, dipilihlah mahar yang sesuai keinginan saya. Emas LM 30 gram dalam bentuk 5 gr sebanyak 6 buah dan emas 3 suku (sekitar 21 gram) dilebur dalam perhiasan 3 bentuk: 1 suku untuk kalung, 1 suku untuk cincin dan 1 suku untuk gelang, yang jadinya tipis-tipis banget, karena saya pribadi nggak terlalu suka pakai perhiasan yang berat, tebal dan mencolok. Tapi resikonya ya itu, gampang putus kalau ada ekstra tekanan (untuk kalung dan gelang).

Nggak mesen model macem-macem, pilih yang ada aja di display. Jadi gak ribet, sekali jalan dan sekali jadi langsung beres. Walau modelnya sederhana banget.

Kenapa gak minta 50 gram dalam bentuk emas semua?

Karena logam mulia lebih tinggi harga belinya dan pasti akan terus meningkat harga jualnya sepanjang hayat. Ditambah ada sertifikasinya. Jadi kaya punya investasi jangka panjang. Walau sedikit.

Dan di toko emas itu juga saya dan Dimas ngukur nomor cincin. Saya 18 (!!!), Dimas 22 (!!!!!!).

Itu yang jadi PR selanjutnya, beli cincin nikahnya!


Note: di hari ini juga, mulai nyicil beli barang hantaran. Sembari jalan pulang dari toko emas, si Ibu tiap liat toko kain pasti mampir. Dan di dapatkan 2 kain yang saya sukaaaa banget untuk dibuat baju dan kain bawahannya. Harganya pun nggak terlalu mahal. Terlebih karena ada nuansa toscanya disana. Foto menyusul ya :)

No comments:

Terima kasih sudah singgah. Tak perlu segan untuk menyanggah atau memberi tanggapan atas pikiran yang tercurah. Kalau ada yang ingin ditanyakan atau mengganggu pikiran bisa kirim DM ke @celoteholic ya!

Powered by Blogger.