AYAH, MUBARAK MILAD AYAH....
Ayah. Selamat ulang tahun.
Ayah yang hebat.
Yang selalu tau, kapan harus bicara walau
diam telah menjadi karakter yang melekat.
Ayah yang kuat.
Yang selalu tau, walau badan sudah ringkih
tak mampu lagi begadang hingga lewat jam 2 malam, masih saja kutemui alunan
nada dari keyboard yang ditekan berirama. Hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas lebih cepat dan memiliki waktu untuk
menemani kami lebih lama.
Ayah yang pemurah.
Yang rela mengosongkan
dompetnya demi memenuhi mulut dan perut kami dengan segala makanan yang membuat
lapar mata.
Ayah yang bijak.
Yang selalu ingin agar
kami punya lebih
banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih
tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah yang penurut.
Yang selalu mengiyakan
apapun permintaan kami, kemauan kami, dan ego kami, walau kadang, membuat ayah
marah juga. Maaf ayah....
Ayah yang baik hati.
Yang selalu
memperbolehkan kami mengerecoki segala pekerjaan dan perkakasnya, tapi sangat
waspada memperhatikan kami.
Ayah yang fotografer
sejati.
Yang tidak pernah ada
nyaris di setiap foto-foto masa kecil kami, karena selalu ayah yang mengambil
gambar dan mencetaknya dan menyusunnya rapih-rapih di album kenangan, yang
makin lama makin usang.
Ayah yang tepat janji.
Yang menolak ajakan kami
untuk pergi berenang karena telah lebih dulu diajak memancing oleh Oom tetangga
sebelah. Dan selalu membelikan kami kado yang telah ayah janjikan.
Ayah yang begitu
visioner.
Yang sudah memiliki
rencana untuk menamai kami apa, menyekolahkan kami dimana, menjadikan kami apa,
dan selalu merevisi rencana-rencananya sesuai dnegan apa yang memang kami
inginkan.
Ayah yang begitu pandai
bicara.
Yang dulu pernah bilang
bahwa berenang itu mudah, nyatanya, aku menelan nyaris berliter-liter air kolam
untuk bisa mengapung sesudahnya.
Ayah yang tekun sekali.
Yang dulu sering membantu
kami membuat PR dan kadang jawabannya salah semua. Tapi ayah masih saja membaca
buku teks matematika anak kelas 4 SD itu. Dan tetap tak mengerti. Ayah... J
Ayah yang rajin ke barber
shop.
Yang selalu mencukur
pendek rambutnya dan kadang menghapus jenggot yang tumbuh lebat, agar kami tak
malu jalan di samping ayah yang mulai menua dan beruban.
Ayah yang banyak
temannya.
Yang hanya bersahabat
seumur hidup dengan seorang wanita, yaitu ibu.
Ayah yang ringan tangan.
Yang selalu membantu
orang lain tapi sukar sekali meminta bantuan, karena merasa mampu melaksanakan
semuanya sendiri...
Ayah yang sok tau.
Yang membongkar mesin
mobil di rumah karena merasa mampu memperbaikinya sendiri, walau ujung-ujungnya,
memanggil montir di dekat rumah untuk datang ke garasi memperbaiki.
Ayah yang eksperimen
abis.
Yang selalu menyajikan
kami tontonan menghibur saat nasi-nasi di wajan terbang tak beraturan, dan ibu
menjerit karena dapurnya berantakan.
Ayah yang pemalas.
Yang bangun setelah
Doraemon selesai tanpa kami tahu, bahwa ayah membuatkan rumah-rumahan untuk
burung-burung dara adik lelaki kami.
Ayah yang tak pernah
pegang sapu dan gagang pel.
Yang selalu ribut kalau
lantai rumah kotor atau lengket.
Ayah yang ketawanya sampe terbahak-bahak dan terbatuk-batuh, bikin
dirinya sendiri lemas.
Yang selalu menonton
Opera Van Java bersama-sama dan tanding tertawa, bersama-sama juga.
Ayah yang selalu tau
letak senter dan lilin.
Yang tiba-tiba ada di
belakang kami tanpa suara saat mati lampu. Dan kami menjerit. Dan ayah tertawa.
Karena senang dan karena kami kelitiki.
Ayah yang SUPERMAN.
Yang selalu mengangkat
kami di bahunya saat kami kecil dan masih ringan-ringannya. Tapi minta urut ibu
saat malam harinya.
Ayah yang galak.
Yang maksa minum jus
jambu biji saat aku diopname karna demam berdarah, sampe bikin trauma sama buah
satu itu. Yang maksa minum obat ini itu biar sembuh, dan yang tidak tidur semalaman
ngejagain aku.
Ayah yang khawatiran.
Yang selalu nunggu
semalem apapun aku pulang, walau nggak nelponin, tapi aku tau, ayah khawatir di
balik semua kepercayaannya terhadapku.
Ayah yang pemurah.
Yang rela kemeja kerja favoritnya
aku pakein buat tidur, dan aku ilerin juga.
AYAH ITU MURAH HATI
SEKALI.....
Ayah akan melupakan apa yang ayah inginkan, agar bisa memberikan apa yang kami butuhkan.... .
Ayah membiarkan kaos kaki bermerk-nya jadi lap sepeda roda tiga kami...
Ayah bakal beli lolipop baru
yang warna warni untuk kami, terus kalo kami ga suka, ayah yang ngabisin.
Ayah bakal menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya,
kalau kami ingin bicara...
Ayah selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar
SPP kami tiap semester, meskipun kami tidak
pernah membantunya menghitung berapa banyak
kerutan di dahinya....
Malah kuliah makin lama, makin lama dan makin lama...
Ayah yang pelan-pelan
mengganti rokok dji sam soe-nya dengan avolution biasa walau tak mampu berhenti
seketika dari kebiasaan merokoknya.
Ayah yang memeluk erat setiap
kami akan pergi berangkat kembali ke kamar kosan kami, yang jauh dari
kenyamanan yang ayah buat di rumah.
Ayah yang akan berkata, tanyakan saja pada ibumu setiap kami ingin ini itu,
karena jelas sekali, ayah tak mampu menolak.
Ayah yang sangat marah saat
kami pergi dengan lelaki tanpa izin dari dirinya. Dan pulang larut malam, walau
untuk kegiatan yang jelas dan ada juntrungannya.
Ayah yang sangat senang sekali
saat melihat kami melakukan sesuatu percis dengan cara yang dilakukannya....
walau tanpa bicara, kami tau, Ayah...
Ayah yang lebih bangga pada prestasi kami, daripada prestasinya sendiri.... walau jelas, kami masih jauh
dari pencapaianmu, ayah.
Ayah yang hanya akan menyalami ketika pertama kali kami pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau ayah sampai memeluk mungkin ayah tidak akan pernah bisa melepaskan pelukannya.
Ayah mengira seribu adalah tip untuk mencabuti sehelai ubannya.
Sepuluh ribu adalah uang
saku....
Gaji pertama yang aku dapatkan dan
tunjukkan, terlalu besar
untuknya...
Ayah yang tidak suka
meneteskan air mata ....
Ayah yang memperdengarkan
adzan di telingaku untuk pertama kalinya...
Ketika kami lahir dan dia mendengar kami menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang
sampai-sampai keluar air dari matanya...
Ketika kami masih kecil, ayah bisa memeluk kami untuk
mengusir rasa takut, ketika kami bermimpi akan dibunuh monster... tapi.....ternyata ayah bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam,
ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu
bulan.... maaf ayah...
Dan ayah
pernah berkata : "kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam
dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi
datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun
dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu
kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"
Dan ayah pernah berpesan :
"jangan cengeng
meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik
untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan
Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah bersikeras, bahwa
anak-anak kami kelak harus bersikap lebih baik daripada kami dulu.... Karena mereka cucu-cucumu, ayah...
Ayah bisa membuat kami percaya diri... karena ayah percaya pada kami, sepenuhnya...
Ayah tidak mencoba
menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah...
Ayah tidak pernah
menghalangi kami untuk menjadi apapun,
mempercayai apapun, mencintai apapun atau berbuat baik kepada siapa pun. Ia
hanya bermasalah jika kami mulai berubah jahat dan menyebalkan.
Ayah... SELAMAT ULANG TAHUN...
IIN SAYANG AYAH. BANGET.
BANGET. BANGET.
SEHAT-SEHAT YA AYAH.
SELAMANYA. SAMPAI AYAH BISA LIHAT GIMANA IIN BISA BIKIN AYAH BANGGA DAN
BAHAGIA. :’)
ANAK PEREMPUAN PERTAMAMU, YANG BANGGA MEMILIKIMU SEBAGAI AYAH...
-iin-
No comments:
Terima kasih sudah singgah. Tak perlu segan untuk menyanggah atau memberi tanggapan atas pikiran yang tercurah. Kalau ada yang ingin ditanyakan atau mengganggu pikiran bisa kirim DM ke @celoteholic ya!